Menakar Keinginan Rakyat Tanpa Kompetensi-sebuah opini


Pada tahun ini, tahun 2014 adalah tahun politik. Dimana setiap orang maupun partai berlomba-lomba mendapatkan simpati rakyat demi memperolhe kursi di pemerintahan. adalah sebuah hal yang lumrah saat seseorang atau partai merebut perhatian rakyat dengan berbagai cara yang terbilang unik dan kreatif bahkan sedikit aneh karena menggunakan hal atau media-media yang baru.
banyak partai yang memajukan calonnya dari berbagai latar belakang kehidupan, dengan tujuan mendapatkan simpati masyarakat. Namun, permasalahan timbul saat partai tersebut memajukan calon yang hanya mendapatkan simpati masyarakat tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan atau kompetensi yang memadai untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dimasyarakat. Pemimpin yang dibutuhkan masyarakat untuk duduk dikursi pemerintahan bukan hanya pemimpin yang mengerti dan tahu kemauan atau keinginan rakyat saja, namun haruslah memiliki dan mempunyai kemampuan dan kompetensi yang cukup mumpuni.
Menjadi sebuah hal yang menggelitik hati dan pikiran saya ketika banyak calon-calon legislatif yang maju hanya bermodalkan tampilan saja, bermodalkan kata-kata ingin mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik, bermodalkan simpati rakyat karena menilai dari satu golongan yang sama. seakan tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa bermodalkan restu dari rakyat saja tidak cukup untuk menjadi pemimpin yang nantinya akan menentukan nasib rakyat.
Sebagai contoh kecil, bagaimana mungkin seorang yang tidak berlatar belakang hukum memahami bagaimana itu prolegda ataupun prolegnas? apakah ia memiliki kemampuan legal drafting ataupun legislatif drafting bila ia mencalonkan dirinya sebagai caleg dan berada disana bila menang? apakah ia mampu mempertahankan cita-cita mulianya yang polos dan lurus saat ia masuk keranah politik?
Dengan dalih adalah hak politik setiap orang untuk maju,  partai atau orang tertentu demi eksistensi sebuah partai memperalat mereka yang termakan ambisi mulia namun tidak memahami konsekuensi dan jalan yang diambil hingga mereka terjebak dalam pilihan untuk bertarung mempertahankan ideologi mulia namun dengan tidak memiliki kemampuan ataupun kompetensi yang mumpuni.
Bagaimana mungkin saya merelakan negara ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak berkompeten? seorang yang berlatar belakang penyanyi ataupun tamatan SMA mencoba untuk maju menjadi caleg, apakah mampu untuk membuat perda? apakah memahami bahasa hukum yang rumit dan tidak dikuasai oleh semua orang?
Apakah negara ini sudah menjadi lahan untuk bermain-main? apakah negara ini hanya sebuah alat untuk memuaskan keinginan hati saja?
Menjadi hal yang fenomenal sekarang ini, apalagi media massa sekarang ini dikuasai oleh orang-orang yang berambisi untuk menjadi RI 1, dimana mereka memanfaatkan dengan maksimal media massa yang mereka miliki untuk mendongkrak popularitas mereka maupun kader-kader mereka yang akan bertarung kelak.
Media massa sudah tidak netral lagi, hingga menjadi kebimbangan apakah masyarakat masih tersadar dengan pikiran yang benar atau sudah terdoktrinasi dengan acra-acara maupun berita-berita di media massa yang cenderung memihak dan menciptakan issu yang menganggkat ataupun menjatuhkan partai lain.
Bagaimana negara ini menjadi negara yang maju saat orang-orang yang memimpinnya memiliki pemikiran yang kaku dan tidak berkompeten. Bahkan negara ini seoalah hanya milik partai-partai berkuasa saja yang mengatasnamakan rakyat. Rakyat pun mau saja dibodohi.
Rakyat pada saat sekarang ini lebih melihat bungkus tanpa memperhatikan isi, lebih tertarik tampilan tanpa menakar kompetensi.
Rakyat sedang dibuat galau. Sehingga mudah menakar kemauan rakyat bagi siapa saja bahkan untuk yang tidak memiliki kompetensi.
Alangkah lucunya negeriku ini....

Komentar

Postingan Populer